METRO SHOOTING CLUB LAMPUNG

METRO SHOOTING CLUB LAMPUNG

PERBAKIN




SEJARAH BERDIRI NYA PERBAKIN


kata menembak berarti dua hal :
  1. Melepaskan peluru dari senjata api.
  2. Mengarahkan sesuatu kepada sesuatu.
Dari kedua kata itu maka akan muncul 3 hal penting dari konsep menembak : pertama,Kebendaan, yaitu alat untuk menembak. keduaManusia,  yang merupakan subjek dari pemakaian alat. Dan yang ketigaSasaran,  sebagai aktifitas objek dari menembak melalui senapan  ataupun pistol.
Dari ketiga pengertian konsep itulah maka dapat dilihat bahwa  menembak merupakan kerja ide dan indera yang terhimpun dalam suatu  waktu, suatu tempat, dan suatu reaksi. yang semua terakumulasi dalam kerja menembak.
Bila dibanding dengan olahraga lain, menembak terutama tembak sasaran merupakan satu kerja yang berkesinambungan antara aksi dengan reaksi. Dalam menembak, setiap petembak harus memiliki ketenangan, ketahanan, dan pengontrolan diri yang ditopang dengan fisik yang baik dengan keseimbangan besar yang terkontrol dan aktif.
Aktifitas, Ide, dan himpunan dari waktu, tempat, dan reaksi merupakan suatu bentuk dan syarat untuk dimulainya bekerjanya organ tubuh secara harafiah untuk melakukan gerakan atau aktifitas, karena  itu menembak merupakan cabang olahraga yang harus berhasil mengakumulasi ide, waktu, tempat dan reaksi untuk berprestasi.
Aspek Politik Kolonial,Sebagai suatu cabang dari olahraga yang juga merupakan aktifitas budaya, maka menembak merupakan suatu aktifitas badan yang lahir dan besar dalam suatu konteks tertentu, Di-Indonesia, olahraga menembak diawali dengan terbentuknya ”NIJG” (Nederlandsch Indische Jagers Genootschap) atau singkatan dari Perkumpulan berburu dengan menggunakan senjata api, Kemunculan “NIJG” pada paruh pertama abad 20 dari segi politik dan ekonomi ada dua hal, yakni : pertama strategi politik kolonial dan kedua Strategi pendekatan keamanan kepada masyarakat.
Kebijakan ini kenyataannya memberikan kesempatan besar pada perusahaan asing  untuk menyewa lahan pertanian. Situasi inilah yang menjadi salah satu alasan kenapa “NIJG” harus ada, saat itulah mereka orang eropa yang ada di tanah air menjadikan lahan pertanian yang mereka sewa sebagai lahan berburu, kegemaran berburu ini juga memiliki andil besar dalam rangka lahirnya olahraga menembak.
Menjadi Cabang Olahraga, PON I Solo tahun 1948, memang tidak menyertakan cabang menembak untuk dipertandingkan meski saat itu Persatuan Buru sebagai wadah para hobbies telah dibentuk. Mudah dipahami, karena menembak pada waktu itu dikonotasikan sebagai aktifitas kerja politik bukan aktifitas olahraga.
Baru pada tahun 1950, menembak masuk kedalam cabang olahraga, ketika itu Didi Kartasasmita, Alisaid Suryanatanegara, dan kawan-kawan membentuk PORPI (Perhimpunan Olahraga Perburuan Indonesia) yang dimaksud sebagai hobies dan olahraga, singkatnya olahraga menembak ini cepat mendapat tempat dihati masyarakat tetapi menembak sasaran belum nyata langkahnya.
Langkah Awal Menembak Sasaran, Angin segar tampaknya menerpa para hobies yang tak jauh dari kesehariannya, tiga perwira angkatan darat mengadakan pendekatan kepada PORPI untuk memecahkan masalah. Ketiga perwira itu adalah: Mayjen Sungkono (Panglima Divisi Brawijaya), Kolonel Soedirgo (Komandan CPM seluruh Indonesia) dan Kolonel Purnomo ( Staff CPM ). Tanggal 25 Mei 1960, mengadakan pertemuan dan hasilnya adalah pernyataan bahwa perlu dibentuk organisasi menembak dan berburu yang baru untuk menggantikan PORPI, Hasil ini disampaikan ke Kementerian Olahraga bahkan saat itu pula, Kementerian Olahraga sedang mengadakan pemantauan pada Olimpiade Roma 1960 tentang apa dan bagaimana aturan resmi olahraga menembak.
Maka dalam waktu singkat tepatnya 17 Juli 1960 resmi didirikan Persatuan Menembak Sasaran dan Berburu Seluruh Indonesia disingkat “PERBAKIN” yang peresmiannya  dilakukan di Watukosek,  Porong – Jawa timur.
Dengan terbentuknya PERBAKIN maka ada tugas – tugas yang harus dijalankan perkumpulan ini antara lain membimbing, mengkoordinir,  dan mengawasi perkumpulan – perkumpulan serta organisasi bidang menembak diseluruh Indonesia dan merencanakan dan meyelenggarakan kegiatan olahraga menembak.
Tugas lain adalah menyebarluaskan tata cara secara teratur sesuai ketentuan perundangan – undangan yang telah ditetapkan dari sinilah terlihat bahwa perbakin bukan sekedar wadah perhimpunan olahraga menembak namun juga sebagai wadah pengontrol para pemilik senjata api secara organisasi.
Menuju Prestasi, Setelah itu setahun kemudian perbakin masuk wadah olahraga Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan Mayjen Sungkono dipilih sebagai Ketua Umum PB. Perbakin yang pertama yang didampingi Abubakar Lubis, Soetrisno, Ir. Kunto Adji, Soedirgo, Sujanuji, Purnomo, dan Alibasa Saleh.
Langkah nyata yang semakin maju adalah dengan mengikut sertakan cabang olahraga menembak pada Asian Games 1962. Event ini menyertakan Leli Sampoerno, Ny.Sugodo, dan Cokro Kamary, Ergy Ismail, Lessy, Kisono. Meski mereka latihan seadanya dengan pelatih Niluen Stevanovic dalam waktu 6 bulan ada prestasi yang membanggakan karena Lely Sampoerno berhasil meraih medali perak untuk Free Pistol.
Ada dua masa kepengurusan yang menjadi era konsulidasi bagi PB Perbakin yakni kepengurusan Mayjen Sungkono tahun 1961 – 1967 dan kepengurusan Rusmin Nuryadin 1967-1969. Masa ini juga menjadi masa peletak program bagi PB Perbakin.
Hasil pembinaan prestasi tahun awal berdiri hingga periode kedua inilah yang menjadi jalan keberhasilan saat kepengurusan Suwoto Sukendar dari tahun 1969 – 1977 Perbakin terus berupaya maju dan tahun 1973 Lely Sampoerno pada PON VIII di Jakarta, berhasil memecahkan Air Pistol yang khusus diikuti pria. Nilai 372 yang sekaligus memecahkan rekor merupakan prestasi bagi atlet putri yang mengalahkan atlet pria///Humas pb perbakin

No comments:

Post a Comment